Tuesday, November 17, 2020

THE LITTLE MATCH GIRL ~ a translation of hans christian andersen's "den lille pige med svovlstikkerne"

 

THE LITTLE MATCH GIRL




Hari itu sangat dingin. Salju turun, dan hari hampir gelap. Malam tiba, malam terakhir tahun ini. Dalam cuaca dingin dan suram seorang gadis kecil yang malang, tanpa kepala dan bertelanjang kaki, sedang berjalan di jalanan. Tentu saja ketika dia meninggalkan rumahnya dia memakai sandal, tapi apa gunanya? Sandal itu sangat besar, terlalu besar untuknya, karena itu milik ibunya. Gadis kecil itu kehilangan mereka saat berlari menyeberang jalan, di mana dua kereta berderak sangat cepat. Satu sandal tidak dapat ditemukannya lagi, dan seorang anak laki-laki melarikan diri dengan yang lain, mengatakan dia bisa menggunakannya dengan sangat baik sebagai buaian suatu hari nanti ketika dia memiliki anak sendiri. Maka gadis kecil itu berjalan dengan kaki telanjangnya, yang merah dan biru karena dingin. Dalam celemek tua dia membawa beberapa paket korek api, dan dia memegang sekotak korek api di tangannya. Tidak ada yang membeli darinya sepanjang hari, dan tidak ada yang memberinya satu sen pun.

Menggigil karena kedinginan dan kelaparan, dia merayap, gambaran penderitaan, gadis kecil yang malang! Kepingan salju jatuh di rambut pirang panjangnya, yang diikat ikal indah di lehernya. Di semua jendela, lampu-lampu bersinar, dan ada bau angsa panggang yang harum, karena saat itu malam Tahun Baru. Ya, dia memikirkan itu!

Di sudut yang dibentuk oleh dua rumah, salah satunya menonjol lebih jauh ke jalan daripada yang lain, dia duduk dan menarik kaki kecilnya ke bawah. Dia semakin dingin, tetapi tidak berani pulang, karena dia tidak menjual korek api, atau mendapatkan satu sen pun, dan ayahnya pasti akan mengalahkannya. Selain itu, di rumah dingin, karena mereka tidak memiliki apa-apa selain atap yang dilalui angin bersiul meskipun retakan terbesar telah diisi dengan jerami dan kain lap.

Tangannya hampir mati kedinginan. Oh, betapa satu korek api kecil bisa menghangatkannya! Jika dia hanya bisa mengambil satu dari kotak dan menggosokkannya ke dinding dan menghangatkan tangannya. Dia menggambar satu. R-r-ratch! Betapa gagap dan terbakar! Itu membuat nyala api yang hangat dan cerah, seperti lilin kecil, saat dia memegangi tangannya; tapi itu memberikan cahaya yang aneh! Gadis kecil itu benar-benar tampak seperti sedang duduk di depan kompor besi besar dengan kenop kuningan yang mengilat dan penutup kuningan. Betapa indahnya api itu menyala! Betapa nyamannya itu! Anak muda itu menjulurkan kakinya untuk menghangatkannya juga; kemudian nyala api kecil padam, kompor lenyap, dan dia hanya memiliki sisa korek api di tangannya.

Dia memukul korek api lagi ke dinding. Itu menyala terang, dan ketika cahaya jatuh ke dinding, itu menjadi transparan seperti selubung tipis, dan dia bisa melihat menembusnya ke dalam sebuah ruangan. Di atas meja kain putih salju terhampar, dan di atasnya berdiri layanan makan malam yang bersinar. Angsa panggang dikukus dengan megah, diisi dengan apel dan plum. Dan yang lebih baik lagi, angsa itu melompat turun dari piring dan berjalan terhuyung-huyung di lantai dengan pisau dan garpu di dadanya, langsung ke gadis kecil itu. Kemudian korek api padam, dan dia hanya bisa melihat dinding yang tebal dan dingin. Dia menyalakan korek api lagi. Kemudian dia duduk di bawah pohon Natal terindah. Itu jauh lebih besar dan jauh lebih indah daripada yang dilihatnya Natal lalu melalui pintu kaca di rumah pedagang kaya itu. Ribuan lilin menyala di dahan-dahan hijau, dan gambar-gambar berwarna seperti yang ada di toko cetak menatapnya. Gadis kecil itu mengulurkan kedua tangannya ke arah mereka. Kemudian pertandingan itu padam. Tapi lampu Natal dipasang lebih tinggi. Dia melihat mereka sekarang sebagai bintang terang di langit. Salah satunya jatuh, membentuk garis api yang panjang.

"Sekarang seseorang sedang sekarat," pikir gadis kecil itu, karena neneknya yang sudah tua, satu-satunya orang yang telah mencintainya, dan yang sekarang sudah meninggal, telah memberitahunya bahwa ketika sebuah bintang jatuh, jiwa pergi kepada Tuhan.

Dia menggosok korek api lain ke dinding. Itu menjadi cerah lagi, dan dalam cahaya nenek tua itu berdiri jernih dan bersinar, baik hati dan cantik.

"Nenek!" teriak anak itu. "Oh, bawalah aku bersamamu! Aku tahu kamu akan menghilang saat korek api padam. Kamu akan lenyap seperti kompor yang hangat, angsa panggang yang indah, dan pohon Natal yang besar dan indah!"

Dan dia dengan cepat memukul seluruh bundel korek api, karena dia ingin neneknya tetap bersamanya. Dan korek api itu menyala dengan begitu terang sehingga menjadi lebih terang dari siang hari. Nenek tidak pernah semegah dan secantik ini. Dia menggendong gadis kecil itu, dan keduanya terbang dalam kecemerlangan dan kegembiraan di atas bumi, sangat, sangat tinggi, dan di atas tidak ada kedinginan, tidak ada rasa lapar, atau rasa takut - mereka bersama Tuhan.

Tapi di sudut, bersandar ke dinding, duduk gadis kecil dengan pipi merah dan mulut tersenyum, membeku sampai mati pada malam terakhir tahun yang lalu. Matahari Tahun Baru terbit di atas sosok yang sedikit menyedihkan. Anak itu duduk di sana, kaku dan kedinginan, memegang korek api, yang satu bungkusannya hampir terbakar.

"Dia ingin menghangatkan dirinya sendiri," kata orang-orang. Tidak ada yang membayangkan betapa indahnya hal-hal yang telah dilihatnya, dan betapa bahagianya dia pergi bersama neneknya ke Tahun Baru yang cerah.

Saturday, October 17, 2020

Akulturasi Budaya Pada Suku Jawa

 

Akulturasi Budaya Pada Suku Jawa

1.      Slametan



Kehidupan masyarakat Jawa tidak dapat dilepaskan dari berbagai ritual keagamaan. Ritual ini telah ada sejak sebelum kedatangan Islam di Indonesia. masyarakat Jawa memiliki kepercayaan terhadap keberadaan roh halus pada setiap benda (animisme). Orang Jawa mempercayai keberadaan roh baik dan roh jahat di berbagai tempat. Roh jahat dipercaya akan mengganggu manusia setiap saat, dan baru berhenti ketika diberikan sesaji.

Pemberian sesaji harus dilakukan melalui serangkaian upacara. Sesaji dipersembahkan kepada roh yang biasanya bermukim di pohon beringin, sendang, belik, kuburan-kuburan, atau tempat-tempat lain yang dianggap keramat. Pemberian sesaji dilakukan dalam bentuk upacara. Upacara juga dilakukan untuk meminta berkah dari roh baik. untuk melestarikan upacara pemujaan itu, masyarakat membuat patung dari batu sebagai tempat-tempat pemujaan nenek moyang. Mereka juga membuat bunyi-bunyian, tari-tarian, dan bayang-bayang nenek moyang sebagai penyempurna jalannya upacara. Hal ini bertujuan agar roh nenek moyang berkenan menerima permohonan keselamatan yang mereka minta.

Salah satu upacara yang dianut oleh masyarakat Jawa adalah slametan. Slametan atau wilujengan merupakan salah satu upacara pokok dari hampir seluruh ritus dalam sistem religi orang Jawa pada umumnya. Slametan ini biasanya dilakukan di salah satu rumah yang memiliki hajat tertentu, dengan mengundang keluarga dan tetangga terutama yang laki-laki. Slametan seringkali diadakan pada malam hari. Slametan dilakukan untuk memperingati beberapa hal seperti kelahiran, pernikahan, dan juga kematian.

Selamatan merupakan salah satu tradisi masyarakat Jawa yang mengalami akulturasi. Masyarakat Jawa dikenal dengan tradisi budayanya yang kental dan dipengaruhi oleh ajaran dan kepercayaan dari kebudayaan Hindu-Budha. Oleh karena itu, para ulama Islam yang menyebarkan agama Islam di Jawa, atau lebih dikenal sebagai Wali Songo, melakukan langkah akulturasi sebagai cara mereka untuk mengajarkan ajaran agama Islam ke dalam lingkungan masyarakat Jawa. Pencampuran ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekagetan terhadap budaya baru (culture shock) pada masyarakat Jawa sehingga dapat menerima dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sukarela.

 

2.      Nyadran



Nyadran merupakan serangkaian tradisi yang berisi beberapa kegiatan, seperti Punggahan, Nyadran, dan Madunan. Secara garis besar, tradisi ini memiliki maksud untuk mendoakan para leluhur maupun keluarga yang sudah wafat. Masyarakat Jawa biasanya membersihkan makam sanak saudara yang telah meninggal dunia.

Banyak pendapat yang menjelaskan tentang asal usul nama Nyadran. Sebagian percaya, Nyadran berasal dari bahasa Sansekerta. “Sraddha” berarti keyakinan, lalu dialihbahasakan ke bahasa Jawa menjadi “Sadran” yang berarti Sudra, atau orang awam. Dengan kata lain, Sadran adalah waktu berkumpul bagi orang awam. Sebagian lagi mengatakan bahwa Nyadran berasal dari kata “Sodrun” yang memiliki arti dada atau hati.

Tradisi Nyadran biasanya dilaksanakan pada hari ke 10 bulan Rajab atau tanggal 15, 16 Sya’ban. Masyarakat yang melaksanakan tradisi ini akan melakukan ziarah kubur, melakukan doa dan pengajian bersama serta diakhiri dengan makan bersama yang dibawa oleh setiap warga saat mengikuti tradisi ini.



Upacara Nyadran awalnya merupakan tradisi Hindu dan Buddha yang ada di Jawa. Namun ketika penyebaran agama Islam di pulau Jawa sekitar abad 15, Walisongo menggunakan cara pendekatan budaya yang digabungkan dengan dakwah untuk penyebaran Islam. Jika dalam upacara Nyadran umat Hindu dan Buddha menggunakan puji-pujian serta sesajen, Walisongo mengubahnya dengan menggunakan zikir, doa, dan pembacaan ayat Al-Qur’an.

Akulturasi budaya seperti ini yang membuat penyebaran Islam lebih mudah dikenal dan diterima oleh masyarakat Jawa. Tradisi Nyadran juga dimaksudkan sebagai salah satu bentuk silaturahmi antar keluarga, tetangga, dan masyarakat luas. Selain itu, menjadi sarana intropeksi diri terhadap apa yang telah dilakukan selama setahun kebelakang dan sebagai pengingat untuk bersyukur karena dapat dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan.

 

3.      Wayang Da’wah


Kesenian Wayang di setiap zamannya memiliki fungsi yang berbeda, pada awal keberadaannya, yakni di masa Hindu-Budha Wayang berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan nenek moyang. Perlu menjadi catatan pula bahwa, walaupun agama Hindu-Budha telah masuk, namun penghormatan kepada arwah nenek moyang tetap berlangsung karena orang Jawa pada masa itu sangatlah takut akan kutukan dari nenek moyang atau biasa disebut “kuwalat”. Wayang sendiri merupakan pengembangan dari ritual atau pemujaan terhadap nenek moyang yang dilakukan oleh seorang Syaman (selama ritual menggunakan topeng), biasanya disertai dengan nyanyian, tarian, dan musik. Syaman tersebut kemudiaan menjadi “medium” untuk dirasuki oleh arwah nenek moyang yang kemudian mengoceh menceritakan peranan para nenek moyang di masa sebelumnya. Dari ritual seperti itulah orang-orang di Pulau Jawa kemudian memunculkan Wayang, di mana nenek moyang digambarkan sebagai tokoh-tokoh Wayang tersebut.

Kata Wayang berasal dari bahasa Jawa Krama Ngoko (bahasa Jawa halus dan kasar) yang berarti perwajahan yang terdiri barang dan lain sebagainya, yang terkena cahaya atau penerangan. Perwajahan yang terdiri dari barang dan lain sebagainya yang terkena cahaya (penerangan = bayangan). Secara istilah Wayang dapat pula didefinisikan sebagai tiruan orang-orangan yang dibuat dari belulang (kayu, kertas) untuk membentuk sebuah lelakon (cerita).

Pewayangan mempunyai andil besar dalam pengislamanan masyarakat jawa. Sebetulnya wayang sendiri merupakan peninggalan agama Hindu. Namun para Wali dapat berpikir rasional. Mereka sadar bahwa pertunjukan wayang telah berakar kuat di masyarakat dan tidak mungkin untuk dihilangkan begitu saja. Maka para wali melakukan perubahan dengan cara mengubah bentuk dan memasukan unsure ke-Islaman, sehingga wyang menjadi suatu alat da’wah yang sangat digemari dalam masyarakat. Di antara para wali yang sangat terkenal sering mendalang adalah Sunan Kalijaga.



Sunan Kalijaga sangat berhasil  dalam berdakwah dengan wayang. Unsur baru berupa ajaran Islam dimasukkan dalam pewayangan. Ia membuat “pakem pewayangan baru” yang bernafaskan Islam dengan cara menyelipkan ajaran Islam dalam pakem pewayangan yang asli. Dengan cara demikian, masyarakat yang menonton Wayang dapat menerima langsung ajaran Islam dengan suka rela dan mudah.

Selain itu Wali Songo mengambil metode dengan jalan mempersonifikasikan atau memanusiakan tokoh-tokoh “Pandawa Lima” seperti Puntadewa untuk Syahadat, Bima untuk Shalat, Arjuna untuk zakat, Nakulo-Sadewa untuk puasa Ramadhan dan Haji. Bahkan kisah-kisah pewayangan dijadikan media terutama untuk mengajarkan ilmu Tasawuf , hakikat, syariat, ibadah dan lain-lain.

Sunan Kalijaga mementaskan Wayang kulit dengan cerita dan dialog sekitar Tasawuf dan akhlaqul karimah, untuk melemahkan masyarakat yang pada waktu itu beragama Hindu dan Budha yang ajarannya berpusat pada kebatinan. Pada masa itu saat Majapahit masih cukup berkuasa, Sunan Kalijaga berusaha memasukan unsur-unsur Islam yang kompleks dalam kisah pewayangan yang sudah mendarah daging di kalangan penduduk Majapahit. Dengan melakonkan cerita Mahabarata, para mubaligh dapat memasukkan unsur-unsur sendi kepercayaan atau aqidah, ibadah dan juga akhlaqul-karimah.

Berikut beberapa contoh akulturasi antara kisah atau pakem pewayangan yang berdasarkan budaya Hindu-Budha yang kemudian digabungkan dengan unsur-unsur Islam:

·         Kalimah-Syahadah dipersonifikasikan dalam tokoh Puntadewa atau Samiaji sebagai saudara tua dari Pandawa, karena kalimah Syahadah memang rukun Islam yang pertama. Dalam cerita wayang, sifat-sifat  Puntadewa sebagai raja (syahadat bagaikan rajanya rukun Islam) yang memiliki sikap berbudi luhur dan penuh kewibawaan. Seorang raja yang arif bijaksana, adil dalam ucapan dan perbuatan, sebagai pengejawantahan dari kalimah Syahadat yang selamanya mengilhami kearifan dan keadilan. Puntadewa memimpin empat saudaranya dengan penuh suka duka dan kasih sayang. Demikian pula kalimah Syahadat sebagai “rajanya” rukun Islam yang lainnya, karena biarpun seseorang menjalankan rukun Islam yang kedua, ketiga, keempat, dan kelima, namun apabila tak menjalankan rukun Islam yang pertama maka semua amalannya akan sia-sia belaka.

 ·         Shalat lima waktu dipersonifikasikan dalam tokoh Bima. Dalam kisah pewayangan tokoh tersebut dikenal juga sebagai Penegak Pandawa. Ia hanya dapat berdiri saja, karena memang tidak dapat duduk. Tidur dan merempun konon berdiri pula. Demikian pula sholat lima waktu selamanya harus ditegakkan. Baginya terpikul tugas penegak agama Islam dan jangan lupa sholat adalah tiang agama. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “ Shalat lima waktu adalah penegak agama Islam. Siapa-siapa yang menjalankannya berarti menegakan Islam…”

 · Zakat dipersonifiksikan dengan tokoh ketiga dalam Pandawa yakni Arjuna. Nama Arjuna diambil dari kata “jun” yang berarti jambangan. Benda ini merupakan symbol jiwa yang jernih. Kejernihan Arjuna memancar pada jiwa dan tubuhnya. Arjuna juga merupakan seorang pecinta seni keindahan. Perasaannya amat halus dan hangat. Karena kehalusannya, Arjuna jadi sulit mengatakan “tidak”. Karena kehalusan budi pekertinya tersebut Arjuna seolah-olah mempunyai kesan lemah. Padahal semua itu dilakukan agar tidak menyakiti hati orang lain. Selain itu dalam perang yang dijalaninya Arjuna tidak terkalahkan. Maka demikianlah, zakat sebagai rukun Islam yang ketiga, karena setiap muslim berkewajiban berzakat, mengandung inti kebijaksanaan agar setiap orang Islam untuk berjuang memperoleh rizki dan kekayaan. Dalam cerita kepahlawanan Pandawa, Bima dan Arjuna paling menonjol peranannya, satu terhadap lainnya sangat memerlukan hingga menjadi dwi-tunggal yang tidak terpisahkan. Demikian pula sholat lima waktu dan zakat merupakan dua rukun Islam yang tidak terpisahkan, selamanya berjalan seiring-sejalan.

 ·         Puasa Ramadhan dan Haji, dipersonifikasikan dalam tokoh kembar Nakula-Sadewa. Kedua tokoh ini tampil pada saat-saat tertentu saja. Demikian pula dengan puasa Ramadhan dan Haji tidak setiap hari dikerjakan. Bulan Ramadhan untuk puasa dan bulan Zulhijah, sekali dalam setahun untuk melakukan ibadah Haji. Pandawa bukanlah Pandawa tanpa si kembar Nakula dan Sadewa. Memanglah demikian, Puasa Ramadhan dan Haji lahir pada bulan tertentu, tidak demikian halnya dengan 3 rukun Islam sebelumnya, yang dilakukan setiap saat tiap hari.

 

4.      Wayang  Kronik



Selama ini pentas wayang Jawa yang dipadukan dengan seni Tiongkok, hanya sebatas penyebutan akulturasi, tapi belum memiliki nama atau identitas. Tapi beda halnya dengan Wayang Kronik, generasi baru dalam seni pewayangan, hasil karya dari Foe Jose Amadeus Krisna. Wayang Kronik adalah bentuk dari akulturasi, bentuknya mengambil wayang purwa Jawa, tetapi diberi ornamen-ornamen khas Tiongkok dan tidak meninggalkan tatahan serta komposisi Wayang Jawa.

Untuk musiknya berupa gamelan Jawa bernada slendro yang dikolaborasikan dengan musik tradisional Tiongkok yang biasanya digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang Potehi. Dalam pertunjukannya, menggunakan peralatan budaya Tiongkok, seperti gawangan yang dipakai dalam Wayang Potehi hanya dalam ukuran yang lebih besar dan menggunakan kelir, sedangkan bahasa yang digunakan melihat situasi, kalau penontonnya mayoritas etnis Tionghoa yang bisa berbahasa Mandarin maka pertunjukan akan menggunakan bahasa Mandarin. Tetapi penonton bukan etnis Tionghoa tetapi masih dalam Negara Indonesia, maka pertunjukan akan menggunakan bahasa Indonesia. Jika pertunjukan dilaksanakan di luar negeri, maka pertunjukan akan menggunakan bahasa yang sering digunakan dalam negara tersebut.

Dalam dunia wayang kreativitas memadukan seni atau akulturasi, seperti Jawa dan Tiongkok biasanya disebut gagrak. “Gagrak adalah model bentuk wayang sebagai hasil dari upaya mengotak-atik dan mempelajari wayang dari berbagai gaya. Maka lahirlah Wayang Kronik, akulturasi seni Jawa dengan Tiongkok

 

5.      Akulturasi Pada Makanan

a.      Lumpia Rebung

Kata lumpia berasal dari dialek Hokkian yang berbunyi ‘Lun Pia’ yang berarti kue bulat. Rasanya yang manis dan kaya akan rebung merupakan perpaduan rasa antara Tionghoa dan Jawa

b.      Bakso



Bakso merupakan kuliner dari Cina. Resep asli bakso terbuat dari daging babi. Karena masyarakat Indonesia yang sebagian besar menganut agama islam dan dilarang mengkonsumsi babi, pembuatan bakso pun disesuaikan dengan norma agama dan adat di Indonesia. Umumnya bakso di Indonesia berbahan utama daging sapi giling. Ada pula yang terbuat dari ayam, ikan dan udang.

c.       Bakwan

Makanan jenis gorengan ini biasanya terbuat dari campuran berbagai sayuran dan tepung tapioka. Ada pula yang mengkombinasikan bakwan dengan udang dan jagung. Di Indonesia ada pula yang menamai bakwan dengan sebutan bala-bala. Ada yang berpendapat bahwa bakwan awalnya merupakan nama lain dari bakso karena bakwan sendiri dalam Bahasa Cina berarti daging bulat, sama dengan bakso. Penggunaan nama bakwan pun dianggap kurang tepat sasaran. Salah satu kuliner Indonesia yang dianggap paling tepat menggunakan kata bakwan adalah bakwan malang.

d.      Perkedel

Perkedel merupakan gorengan yang umum ditemui di Indonesia. Umumnya terbuat dari kentang tumbuk. Ternyata kuliner ini konon merupakan versi lokal dari Frikadeller, gorengan berbahan kentang dan daging dari Belanda. Di Indonesia sendiri tidak menggunakan daging karena pada zaman dahulu sulit sekali untuk mendapatkan daging.

e.       Semur



Semur terkenal sebagai kuliner otentik Indonesia dengan rempah-rempah yang kaya dan daging-dagingan. Ternyata sejarah semur mencatat bahwa semur ini terinspirasi dari kuliner Belanda bernama Smoor. Di Belanda, smoor adalah daging yang direbus bersama tomat dan bawang dalam waktu lama. Di Indonesia, masakan ini menjadi masakan kaya bumbu dengan bahan dasar alternatif. Lambat laun, semur dengan citarasa lokal pun mulai bermunculan dan menjadi kuliner khas beberapa daerah seperti semur Jengkol.

 

 

Kearifan Lokal Jawa Timur Tangkal Pagebluk

 

1.      Gejog



Seperti yang dikutip dari detik.com, pascapandemi corona, Desa Jetak, Kecamatan Tulakan, Pacitan, mendadak jadi pusat perhatian. Itu karena tradisi unik yang kembali dilakukan warganya saat wabah corona melanda dunia.

Masyarakat setempat menyebutnya 'Gejog'. Sebuah ritual tolak bala yang diyakini dapat mengusir marabahaya yang datang.

"Zaman dahulu di desa kami apabila terjadi pagebluk (wabah) orang-orang tua dulu melaksanakan ritual ini," ucap Marjuni, Kepala Desa Jetak

Inti tradisi tersebut, lanjut Marjuni, adalah membunyikan kentongan secara serempak. Sesuai waktu yang disepakati, semua kepala keluarga yang memiliki alat komunikasi tradisional tersebut memukulnya berulang-ulang.

Waktu yang dipilih adalah sekitar 20 menit menjelang maghrib. Bersamaan bunyi aba-aba dari pemuka desa, bunyi-bunyian ritmis pun terdengar memenuhi seantero dusun. Lantunan musik perkusi itu baru berhenti saat azan maghrib berkumandang.

 

"Menjelang surup (petang) semua warga sini memukul kentongan. Kalau yang ndak punya kentongan yang dipukul ya benda lain. Pokoknya yang bisa mengeluarkan bunyi," imbuh kades.

 

Marjuni pun bernostalgia dengan masa kecilnya. Kala itu, wabah kolera menyerang sebagian besar warga desa. Dahsyatnya serangan penyakit perut itu membuat masyarakat dan pemerintah desa kewalahan menghadapinya.

 

"Akhirnya disepakati mengadakan tradisi Gejog itu," tuturnya.

 

Menurut Marjuni, munculnya tradisi tersebut tak lepas dari kepercayaan yang dianut sebagian masyarakat. Konon, serangan wabah berkait erat dengan peran makhluk halus. Waktu kedatangannya adalah saat petang menjelang maghrib.

Meski tak sepenuhnya dapat dibuktikan dengan logika, namun Marjuni memilih ikut melestarikan tradisi turun-temurun itu. Sebab, gerakan sederhana tersebut merupakan bentuk kearifan lokal. Setidaknya, dengan penanda berupa bunyi-bunyian pesan kepada warga lebih mudah tersampaikan. Termasuk di antaranya peringatan kesiapsiagaan untuk mencegah penularan corona.

"Warga yang sebelumnya kurang tahu (corona) jadi tahu. Akhirnya hati-hati dan waspada semua," pungkasnya.

 

 

 

 

2.      Padasan



Salah satu anjuran World Health Organization (WHO) agar terhindar dari virus Corona adalah rajin mencuci tangan dan menjaga kebersihan diri. WHO juga menganjurkan mandi dan mengganti pakaian setelah dari luar rumah, sebelum berinteraksi dengan keluarga. Tujuannya agar virus atau bakteri yang menempel di tubuh dan pakaian tidak ikut terbawa masuk sehingga meminimalisir penyebaran virus Corona kepada anggota keluarga.

Berkaitan dengan menjaga kebersihan setelah dari luar rumah, sebenarnya Indonesia memiliki kearifan lokal yang sudah ada sejak lama. Kearifan lokal itu berasal dari budaya Jawa. Namanya padasan yang berarti gentong atau tempayan berisi air yang terbuat dari tanah liat. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, padasan artinya tempayan yang diberi lubang pancoran (tempat air wudhu).

Di masa lalu, padasan biasa diletakan di depan rumah. Posisinya di luar pagar sebelum masuk ke pekararangan atau ruangan di dalam rumah. Fungsinya untuk membersihkan diri seperti mencuci tangan, kaki, dan membasuh muka.

Dulu hampir semua masyarakat di pedesaan menyediakan padasan di depan rumahnya. Biasanya diletakan dekat jalan. Selain gentong atau tempayan yang diberi lubang, terkadang ada juga pemilik rumah yang melengkapi padasan-nya dengan gayung dari batok kelapa atau biasa disebut siwur dalam bahasa Jawa.

Tujuan diletakannya padasan di pinggir jalan adalah agar siapa pun yang membutuhkan air bisa mengambilnya sesuai keperluan. Semua pejalan kaki dan orang-orang yang lewat bisa memanfaatkan air di dalam padasan.

 

3.      Minum Jamu



Karena virus corona penguatan kesadaran atas tradisi budaya masyarakat Jawa minum jamu (berbahan baku empon-empon) semakin dipercaya bermanfaat memperkuat daya tahan tubuh dalam menghadapi COVID-19.

Sudah sejak lama ramuan rempah-rempah seperti jahe dipercaya memiliki kemampuan untuk meredakan berbagai macam gejala penyakit seperti pilek, mual, radang sendi, migrain, dan hipertensi. Fakta ini tercantum dalam edisi kedua Herbal Medicine: Biomolecular and Clinical Aspects. Herbal yang lazim dikonsumsi dengan madu ini menawarkan senyawa anti-inflamasi termasuk antioksidan--zat yang melindungi tubuh dari kerusakan oleh radikal bebas.

Studi oleh Sepide Mahluji, dkk (2013) menyimpulkan bahwa suplemen jahe yang dikonsumsi oral berhasil mengurangi peradangan pada pasien diabetes tipe 2. Suplemen jahe juga dapat mengurangi gangguan pencernaan, kembung, dan kram usus.

Sementara penelitian lain yang diterbitkan di jurnal Ethnopharmacol (2013) menyebut seduhan jahe segar--kita mengenalnya sebagai wedang jahe--memiliki khasiat antivirus dan sifat antibakteri. Tim peneliti menemukan bahwa wedang jahe bisa menangkal virus penyebab infeksi pernapasan (HRSV).

Hanya saja takaran jahe dalam penelitian tersebut rata-rata berdosis tinggi, sehingga belum diketahui efek ramuan jahe “penangkal” corona--yang rata-rata dosisnya tidak pasti atau takarannya disupervisi oleh ahli.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI) Hardhi Pranat menyebut tanaman herbal lain, yakni kunyit mengandung zat kurkumin yang bekerja meningkatkan daya tahan tubuh. Manfaat serupa diberikan oleh zat polifenol dalam jahe. Kunyit juga memiliki zat anti kataral yang dapat memperbanyak produksi lendir.

Lendir tersebut bisa membatu mengeluarkan virus saat menyerang saluran pernapasan. Hanya saja Hardhi menggarisbawahi efek-efek tersebut baru bisa didapat setelah mengonsumsi herbal rimpang secara rutin dalam jangka waktu panjang.

Khasiatnya juga cuma membantu meningkatkan daya tahan tubuh, bukan membunuh virus maupun bakteri. Terlebih, virus corona dalam klaim penyembuhan obat tersebut belum tentu SARS-CoV-2 pemicu COVID-19. Tapi bisa saja virus corona penyebab pilek biasa.

Jadi tradisi minum jamu yang merupakan salah satu kearifan local dari orang jawa ini apabila dilaksanakan belum tentu dapat menangkal korona, akan tetapi tidak ada salahnya untuk dilakukan karna baik untuk menjaga daya tahan  tubuh ditengah pendemi..

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM KEGIATAN KE 4 MENGENAL JARINGAN PADA TUMBUHAN (Dasar Teori s/d Hasil Pengamatan)

 

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM

KEGIATAN KE 4

MENGENAL JARINGAN PADA TUMBUHAN

 



NAMA                    : FEBY ZULHIYAH

NIM                        : 1905036001

PRODI                   : PENDIDIKAN FISIKA

KELOMPOK        : I (SATU)


LABORATORIUM PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2019









Kegiatan ke 4

Mengenal Jaringan Tumbuhan

 

A.       Tujuan Kegiatan

Mahasiswa dapat mengenal penyusun jaringan pada tumbuh- tumbuhan

 

B.       Kajian Pustaka

Tumbuhan memiliki organ-organ yang tersusun atas jaringan-jaringan yang berbeda, yang pada akhirnya terdiri dari berbagai tipe sel yang berbeda. Jaringan adaalah sekelompok sel dengan fungsi atau struktur yang sama, atau dua-duanya (Chambell, 2008: 316)

Setiap organ tumbuhan akar, batang atau daun memiliki jaringan dermis, vaskuler, dan dasar. Masing-masing dari ketiga kategori ini membentuk sistem jaringan, sebuah unit fungsional yang menghubungkan semua organ tumbuhan (Chambell, 2008: 319)

Sistem jaringan dermis adalah lapisan pelindung terluar tumbuhan. Seperti kulit kita, sistem tersebut menjadi barisan pertahanan pertama melawan kerusakan fisik dan patogen. Pada tumbuhan tak berkayu, sistem jaringan ini biasanya merupakan jaringan tunggal yang disebut epidermis,  selapis sel yang tersusun rapat (Chambell, 2008: 319)

Pada dedaunan dan kebanyakan batang, kutikula, lapisan berlilin pada permukaan epidermis, membantu mencegah kehilangan air. Pada tumbuhan berkayu, jaringan pelindung yang disebut periderm menggantikan epidermis di daerah-daerah yang lebih tua pada batang dan akar (Chambell, 2008: 319)

Sistem jaringan vaskuler melaksanakan transpor material jarak jauh antara sistem akar dan sistem tunas. Kedua tipe jaringan vaskuler adalah xilem dan floem. Xilem mengantarkan air dan mineral terlarut ke atas dari akar menuju tunas. Floem mentranspor gula, yang merupakan produk fotosintesis, dari tempat pembuatannya (biasanya daun) ke tempat yang membutuhkan biasanya akar dan tepat-tempat pertumbuhan, seperti daun dan buah yang sedang berkembang (Chambell, 2008: 320)

Jaringan yang bukan jaringan dermal maupun vaskuler adalah bagian dari sistem jaringan dasar. Jaringan dasar yang terletak dibagian internal dari jaringan vaskuler disebut empulur, dan jaringan dasar yang terletak dibagian eksternal jaringan vaskuler disebut korteks.sistem jaringan dasar bukan sekedar pengisi ruang kosong. Sistem tersebut mencakup berbagai macam sel yang terspesialisasi untuk fungsi-fungsi seperti penyimpanan, fotosintesis dan pendukung (Chambell, 2008: 321)

Tumbuhan mampu melakukan pertumbuhan inderminat karena mereka memiliki jaringan yang terus-menerus bersifat embrionik, disebut meristem. Ada dua tipe utama meristem: meristem apikal dan meritem lateral. Meristem apikal terletak di ujung akar dan tunas, menyediakan sel-sel tambahan yang memungkinkan tumbuhan untuk tumbuh memanjang, proses yang dikenal sebagai pertumbuhan primer (Chambell, 2008: 321)

Tumbuhan berkayu juga mengalami penambahan lingkar batang dan akar yang tidak lagi tumbuh memanjang. Pertumbuhan yang menebal ini, dikenal sebagai pertumbuhan sekunder, disebabkan oleh aktivitas maristem lateral yang disebut kambium vaskuler dan kambium gabus. (Chambell, 2008: 321, 324)

Pada tumbuh-tumbuhan, sel-sel yang membentuk jaringan meristem adalah juga dalam keadaan muda (embrional). membran selnya demikian tipis, bentuknya menunjukkan bentuk yang teratur, antara segiempat dan kubus, sedangkan ruang sel (lumen) masih penuh dengan protoplas serta vakuola yang kecil-kecil. Dalam kondisi demikian ini sifat khusus dari jaringan muda  yaitu “ sel-sel yang membentuknya selalu mengadakan kegiatan-kegiatan untuk membelah”, yang dalam istilah lainnya disebut maristematis (Yayan, 2011: 112)

Menurut Sri (2006: 11) pengelompokan meristem didasarkan pada berbagai kriteria, yaitu tempatnya dalam tubuh tumbuhan, asal usul dan jaringan yang dihasilkan, struktur, tahap perkembangan, dan fungsinya. Menurut tempatnya, meristem dalm tubuh tumbuhan dibedakan menjadi tiga:

1. Meristem pucuk, yang terdapat pada bagian pucuk akar dan batang

2. Meristem interkalar, yang terdapat diantara jaringan dewasa

3. Meristem lateral, yang letaknya sejajar dengan permukaan

Menurut Yayan (2011: 114) macam macam meristem berdasarkan asal terjadinya adalah:

1. Primer, yaitu jaringan muda yang berasal dari sel-sel embrio (pada ujung akar, ujung batang tumbuhan dewasa)

2. Sekunder, yaitu berasal dari jaringan dewasa yang selanjutnya berubah menjadi muda lagi (meristematis)  atau yang tenttunya masih ada kaitan dengan jaringan muda primer.

Menurut Chambell (2008: 322-323) contoh-contoh sel tumbuhan terdiferensiasi:

1. Sel-sel Parenkim

Memiliki dinding primer yang relatif tipis dan fleksibel, dan sebagian besar tidak memiliki dinding sekunder. Saat dewasa,sel-sel parenkim umumnya memiliki vakuola tengah yang besar. Sel-sel parenkim melaksanakan sebagian besar fungsi metabolik tumbuhan, yaitu menyintesis dan menyimpan berbagai produk organik. Misalnya, fotosintesis terjadi di kloroplas-kloroplas sel parenkim pada daun.

Sejumlah sel parenkim pada batang dan akar memiliki plastida tak berwarna yang menyimpan pati. Jaringan berdaaging kebanyakan pada buah terutama tersusun atas sel-sel parenkim. Sebagian besar sel-sel parenkim mempertahankan kemampuannya untuk membelah dan berdiferensiasi menjadi tipe-tipe sel  tumbuhan yang lain di bawah kondisi-kondisi tertentu selama penyembuhan luka.

2. Sel-sel Kolenkim

Sel-sel kolenkim yang terkelompok didalam untaian atau silender, membatu mendukung  bagian-bagian tunas tumbuhanyang muda. Sel-sel kolenkim memiliki sel yang lebih tebal daripada sel-sel parenkim, walaupun dinding-dindingnya menebal secara tidak merata. Sel-sel ini memberikan dukungan fleksibel tanpa menghambat pertumbuhan.

3. Sel-sel Sklerenkim

Berfungsi sebagai unsur-unsur pendukung pada tumbuhan,, namun dengan dinding sekunder tebal yang biasanya diperkuat oleh lignin. Sel-sel sklerenkim lebih kaku daripada sel-sel kolenkim. Sel-sel sklerenkim dewasa tidak dapat memanjang, dan mereka terdapat di daerah-daerah tumbuhan yang telah berhenti tumbuh memanjang.

Dua tipe sel-sel sklerenkim, dikenal sebagai sklereid dan serat terspesialisasi seluruhnya untuk mendukung dan memperkuat tumbuhan. Sklereid, yang lebih pendek dari serat dan berbentuk tidak teratur, memiliki dinding sekunder yang terlignifikasi dan sangat tebal. Sklereid menyebabkan kulit kenari dan selaput biji mengeras.

Serat, yang biasanya tersusun dalam benang-benang, berukuran panjang, langsing dan meruncing. Beberapa diantaranya dimanfaatkan secara komersial, misalnya serat rami untuk membuat tali dan serat flax yang dipintal menjadi linen.

4. Sel-sel Pengankut Air pada Xilem

Kedua tipe sel pengngkut air, trakeid dan unsur pembuluh adalah sel-sel panjang yang berbentuk pipa yang mati saat dewasa secara fungsional. Trakeid ditemukan didalam xilem hampir semua tumbuhan vaskular. Selain trakeid, sebagian besar angiosperma, serta segelintir gimnosperma dan tumbuhan vaskuler tak berbiji memiliki unsur-unsur pembuluh

Trakeid adalah sel-sel yang panjang dan tipis dengan ujung meruncing. Unsur unsur pembuluh umumnya lebih lebar, lebih pendek, berdinding lebih tipis dan kurang meruncing dibandingkan trakeid. Unsur -unsur pembuluh tersusun dengan ujung-ujung yang bersentuhan, membentuk pipa mikro panjang yang disebut pembuluh.

5. Sel-sel Pengangkut Gula pada Floem

Sel-sel pengangkut gula pada floem tetap hidup saat dewasa secara fungsional. Pada tumbuhan vaskuler tak berbiji dan himnosperma, gula dan nutrien-nutrien organik yang lain ditranspor melalu sel-sel yang panjang dan sempit, disebut sel tapis. Pada floem angiosperma, nutrien-nutrien ini  ditranspor melalui pembuluh tapis, yang terdiri dari rangkaian sel-sel yang disebut unsur pembuluh tapis. Walaupun hidup, unsur pembuluh tapis tidak memiliki nukleus, ribosom, vakuola yang jelas dan unsur sitoskeletal. Reduks isi sel ini memungkinkan nutrien-nutrien melewati sel dengan mudah.

Bayam adalah sayuran yangmemiliki gizi lengkap bagi penderita anemia. Bayam terdiri dari beberapa jenis diantaranya adalah jenis bayam cabut (Amaranthus tricolor L), bayam tahun atau bayam kakap (Amaranthus hybridhus L) dan jenis bayam duri (Amaranthus spinosus L) (Kusmiati, dkk., 2014)

Rumput gajah (Pennisetum pupureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah dengan minimal nutrisi. Rumput gajah membutuhkan minimal atau tanpa tambahan nutrient. Sehingga tanaman ini dapat memperbaiki kondisi tanah yang rusak akibat erosi (Kurniawan, 2010)


C.  Alat  dan Bahan

1.    Alat

a.         Mikroskop Cahaya                                 1 unit

b.        Kaca objek                                             1 buah

c.         Kaca penutup                                         1 buah

d.        Pipet tetes                                              1 buah

e.         Cutter                                                     1 buah

f.          Silet                                                       1 buah

2.    Bahan

a.         Batang bayam tahunan (Amaranthus hybridus)

b.        Batang rumput gajah (Pennisetum purpureum)

c.         Aquades

 

D.  Cara Kerja

1.   Bahan yang akan digunakan dipotong melintang dan diusahakan dibuat setipis mungkin

2.  Potongan bahan melintang bahan diletakkan pada kaca objek, kemudian diberi setetes air dan ditutup dengan kaca penutup

3.  Potongan melintang bahan diamati dengan perbesaran lemah ( 10 x 4), kemudian dengan perbesaran yang lebih kuat

4.  Bentuk sel digambar dan diberi keterangan






THE LITTLE MATCH GIRL ~ a translation of hans christian andersen's "den lille pige med svovlstikkerne"

  THE LITTLE MATCH GIRL Hari itu sangat dingin. Salju turun, dan hari hampir gelap. Malam tiba, malam terakhir tahun ini. Dalam cuaca dingin...