Saturday, October 17, 2020

Kearifan Lokal Jawa Timur Tangkal Pagebluk

 

1.      Gejog



Seperti yang dikutip dari detik.com, pascapandemi corona, Desa Jetak, Kecamatan Tulakan, Pacitan, mendadak jadi pusat perhatian. Itu karena tradisi unik yang kembali dilakukan warganya saat wabah corona melanda dunia.

Masyarakat setempat menyebutnya 'Gejog'. Sebuah ritual tolak bala yang diyakini dapat mengusir marabahaya yang datang.

"Zaman dahulu di desa kami apabila terjadi pagebluk (wabah) orang-orang tua dulu melaksanakan ritual ini," ucap Marjuni, Kepala Desa Jetak

Inti tradisi tersebut, lanjut Marjuni, adalah membunyikan kentongan secara serempak. Sesuai waktu yang disepakati, semua kepala keluarga yang memiliki alat komunikasi tradisional tersebut memukulnya berulang-ulang.

Waktu yang dipilih adalah sekitar 20 menit menjelang maghrib. Bersamaan bunyi aba-aba dari pemuka desa, bunyi-bunyian ritmis pun terdengar memenuhi seantero dusun. Lantunan musik perkusi itu baru berhenti saat azan maghrib berkumandang.

 

"Menjelang surup (petang) semua warga sini memukul kentongan. Kalau yang ndak punya kentongan yang dipukul ya benda lain. Pokoknya yang bisa mengeluarkan bunyi," imbuh kades.

 

Marjuni pun bernostalgia dengan masa kecilnya. Kala itu, wabah kolera menyerang sebagian besar warga desa. Dahsyatnya serangan penyakit perut itu membuat masyarakat dan pemerintah desa kewalahan menghadapinya.

 

"Akhirnya disepakati mengadakan tradisi Gejog itu," tuturnya.

 

Menurut Marjuni, munculnya tradisi tersebut tak lepas dari kepercayaan yang dianut sebagian masyarakat. Konon, serangan wabah berkait erat dengan peran makhluk halus. Waktu kedatangannya adalah saat petang menjelang maghrib.

Meski tak sepenuhnya dapat dibuktikan dengan logika, namun Marjuni memilih ikut melestarikan tradisi turun-temurun itu. Sebab, gerakan sederhana tersebut merupakan bentuk kearifan lokal. Setidaknya, dengan penanda berupa bunyi-bunyian pesan kepada warga lebih mudah tersampaikan. Termasuk di antaranya peringatan kesiapsiagaan untuk mencegah penularan corona.

"Warga yang sebelumnya kurang tahu (corona) jadi tahu. Akhirnya hati-hati dan waspada semua," pungkasnya.

 

 

 

 

2.      Padasan



Salah satu anjuran World Health Organization (WHO) agar terhindar dari virus Corona adalah rajin mencuci tangan dan menjaga kebersihan diri. WHO juga menganjurkan mandi dan mengganti pakaian setelah dari luar rumah, sebelum berinteraksi dengan keluarga. Tujuannya agar virus atau bakteri yang menempel di tubuh dan pakaian tidak ikut terbawa masuk sehingga meminimalisir penyebaran virus Corona kepada anggota keluarga.

Berkaitan dengan menjaga kebersihan setelah dari luar rumah, sebenarnya Indonesia memiliki kearifan lokal yang sudah ada sejak lama. Kearifan lokal itu berasal dari budaya Jawa. Namanya padasan yang berarti gentong atau tempayan berisi air yang terbuat dari tanah liat. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, padasan artinya tempayan yang diberi lubang pancoran (tempat air wudhu).

Di masa lalu, padasan biasa diletakan di depan rumah. Posisinya di luar pagar sebelum masuk ke pekararangan atau ruangan di dalam rumah. Fungsinya untuk membersihkan diri seperti mencuci tangan, kaki, dan membasuh muka.

Dulu hampir semua masyarakat di pedesaan menyediakan padasan di depan rumahnya. Biasanya diletakan dekat jalan. Selain gentong atau tempayan yang diberi lubang, terkadang ada juga pemilik rumah yang melengkapi padasan-nya dengan gayung dari batok kelapa atau biasa disebut siwur dalam bahasa Jawa.

Tujuan diletakannya padasan di pinggir jalan adalah agar siapa pun yang membutuhkan air bisa mengambilnya sesuai keperluan. Semua pejalan kaki dan orang-orang yang lewat bisa memanfaatkan air di dalam padasan.

 

3.      Minum Jamu



Karena virus corona penguatan kesadaran atas tradisi budaya masyarakat Jawa minum jamu (berbahan baku empon-empon) semakin dipercaya bermanfaat memperkuat daya tahan tubuh dalam menghadapi COVID-19.

Sudah sejak lama ramuan rempah-rempah seperti jahe dipercaya memiliki kemampuan untuk meredakan berbagai macam gejala penyakit seperti pilek, mual, radang sendi, migrain, dan hipertensi. Fakta ini tercantum dalam edisi kedua Herbal Medicine: Biomolecular and Clinical Aspects. Herbal yang lazim dikonsumsi dengan madu ini menawarkan senyawa anti-inflamasi termasuk antioksidan--zat yang melindungi tubuh dari kerusakan oleh radikal bebas.

Studi oleh Sepide Mahluji, dkk (2013) menyimpulkan bahwa suplemen jahe yang dikonsumsi oral berhasil mengurangi peradangan pada pasien diabetes tipe 2. Suplemen jahe juga dapat mengurangi gangguan pencernaan, kembung, dan kram usus.

Sementara penelitian lain yang diterbitkan di jurnal Ethnopharmacol (2013) menyebut seduhan jahe segar--kita mengenalnya sebagai wedang jahe--memiliki khasiat antivirus dan sifat antibakteri. Tim peneliti menemukan bahwa wedang jahe bisa menangkal virus penyebab infeksi pernapasan (HRSV).

Hanya saja takaran jahe dalam penelitian tersebut rata-rata berdosis tinggi, sehingga belum diketahui efek ramuan jahe “penangkal” corona--yang rata-rata dosisnya tidak pasti atau takarannya disupervisi oleh ahli.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI) Hardhi Pranat menyebut tanaman herbal lain, yakni kunyit mengandung zat kurkumin yang bekerja meningkatkan daya tahan tubuh. Manfaat serupa diberikan oleh zat polifenol dalam jahe. Kunyit juga memiliki zat anti kataral yang dapat memperbanyak produksi lendir.

Lendir tersebut bisa membatu mengeluarkan virus saat menyerang saluran pernapasan. Hanya saja Hardhi menggarisbawahi efek-efek tersebut baru bisa didapat setelah mengonsumsi herbal rimpang secara rutin dalam jangka waktu panjang.

Khasiatnya juga cuma membantu meningkatkan daya tahan tubuh, bukan membunuh virus maupun bakteri. Terlebih, virus corona dalam klaim penyembuhan obat tersebut belum tentu SARS-CoV-2 pemicu COVID-19. Tapi bisa saja virus corona penyebab pilek biasa.

Jadi tradisi minum jamu yang merupakan salah satu kearifan local dari orang jawa ini apabila dilaksanakan belum tentu dapat menangkal korona, akan tetapi tidak ada salahnya untuk dilakukan karna baik untuk menjaga daya tahan  tubuh ditengah pendemi..

No comments:

Post a Comment

THE LITTLE MATCH GIRL ~ a translation of hans christian andersen's "den lille pige med svovlstikkerne"

  THE LITTLE MATCH GIRL Hari itu sangat dingin. Salju turun, dan hari hampir gelap. Malam tiba, malam terakhir tahun ini. Dalam cuaca dingin...